Berfikir Logis Akan Membuka Cakrawala
BERFIKIR LOGIS AKAN MEMBUKA CAKRAWALA
Peserta
didik yang duduk di kelas 9 sesuai dengan fase-fase perkembangan maka masuk
dalam fase atau masa remaja. Masa remaja adalah masa yang dinamis, masa penuh
gejolak, masa yang tidak labil atau masa panca roba. Fase atau masa remaja
dapat dibagi menjadi 3 (tiga) fase yaitu:
1. Fase Pueral;
2. Fase Negatif;
3. Fase Puber.
A.
Fase Pueral
Pueral
berasal dari kata puer yang artinya laki-laki. Pada fase ini antara anak
laki-laki dan perempuan mulai memisahkan diri. Pada fase ini anak laki-laki
yang memisahkan diri dari pergaulan dengan anak perempuan karena anak laki-laki
memandang anak perempuan sebagai menjijikkan dan anak perempuan memisahkan diri
dengan anak laki-laki karena memandang anak laki-laki sebagai tukang membual
Pada Fase
pueral ini, mereka menunjukkan gejala atau ciri- ciri baik secara individu
maupun dalam pergaulan antara lain:
1. Pada
fase ini mereka tidak mau lagi disebut sebagai anak, karena sebutan tersebut
merendahkan mereka. Tetapi mereka juga tidak bersedia disebut dewasa karena
sebutan dewasa dirasa terlalu berat, menganggap terlalu tua;
2. Pada
fase ini mereka sudah mulai memisahkan diri dari orang tua atau orang dewasa di
sekitar mereka. Mereka mulai menikmati dunianya sendiri dengan penuh rahasia.
Sehingga mereka kadang-kadang menggunakan bahasa rahasia atau kode-kode
tertentu dalam berkomunikasi;
3. Pada
fase ini mereka membentuk kelompok-kelompok untuk bersaing antara kelompok satu
dengan kelompok lainnya, dan juga antar anggota dalam kelompoknya. Yang
memiliki keunggulan dalam kelompoknya mereka itulah yang dijadikan pemimpin
dalam kelompok;
4. Pada
fase ini mereka memiliki sifat mendewakan tokoh-tokoh yang dipandang memiliki
kelebihan baik tokoh tersebut riil atau hanya dalam cerita atau dongeng;
5. Pada
fase ini mereka memiliki keberanian dan kadang-kadang kurang perhitungan dan
agak melupakan tata susila.
B. Fase Negatif
Pada fase ini anak lebih banyak bersikap
negatif atau sikap menolak. Sikap ini hanya berlaku beberapa bulan saja. Tetapi
menurut Karl Buhler bahwa sikap menolak tersebut berlangsung lama, dengan
alasan bahwa ciri-ciri fase ini juga masih nampak pada fase berikutnya.
Adapun
ciri-ciri fase ini antara lain:
1. Pada
fase ini mereka terhadap segala sesuatu anak bersikap serba ragu, tidak pasti,
tidak senang, tidak setuju, dan sebagainya;
2. Pada
fase ini mereka sering murung, sedih, tetapi mereka sendiri tidak tahu apa
sebabnya;
3. Sering
melamun tidak menentu dan kadang berputus asa.
C. Fase Puber
Fase
puber adalah fase yang paling lama diantara dua fase lainnya, dengan kata lain
fase puber adalah fase inti dari seluruh fase atau masa remaja. Pada fase ini
terjadi perubahan yang cukup drastis pada diri anak baik secara fisik maupun
psikis. Puber berasal dari kata pubes yang artinya bulu. Salah satu ciri khas
fase ini adalah sudah terjadi perubahan atau pertumbuhan alat-alat kelamin.
Adapun
ciri-ciri pada fase ini antara lain:
1. Baik
pada anak laki-laki maupun perempuan sudah mulai tumbuh rambut-rambut baru di
tempat-tempat tertentu;
2. Pada
alat kelamin anak laki-laki sudah menghasilkan sel sperma, sementara pada anak
perempuan sudah menghasilkan sel telur;
3. Pada
anak laki-laki sudah mengalami mimpi basah, sementara anak perempuan sudah
mulai mengalami menstruasi;
4. Terjadi
pertumbuhan otot-otot, pada anak laki-laki dadanya bertambah bidang dengan
otot-otot yang kuat, sementara anak permpuan pinggulnya mulai melebar;
5. Suara
anak laki-laki menjadi berat (parau) sementara anak perempuan menjadi merdu;
6. Wajah
anak laki-laki berubah menjadi lebih nampak persegi sementara anak perempuan
menjadi membulat;
7. Gerakan
(motorik) anak laki-laki menjadi lebih kaku dan kasar sementara anak perempuan
menjadi lebih canggung;
8. Pada
fase ini mereka, baik pada anak laki-laki maupun perempuan mulai saling
tertarik pada lawan jenis teman sebaya;
9. Pada
fase ini mereka, baik laki-laki maupun perempuan sudah mulai tahu cara menghias
diri;
10. Pada
fase ini perkembangan tubuhnya mencapai kesempurnaan dan mulai harmonis.
Kesehatan pada fase ini sangatlah kuat sehingga jarang terjadi kematian pada
fase ini. Berdasarkan uraian di atas diharapkan
seorang anak (peserta didik) haruslah memahami tentang fase-fase yang sedang
dialaminya sehingga para peserta didik dapat memngambil nilai manfaatnya antara
lain dapat menyesuaikan diri dengan baik, baik penyesuaian pada dirinya sendiri
secara internal maupun penyesuaian diri pada lingkungan sekitarnya;
Mulai dari fase awal, manusia sudah
memiliki kebutuhan-kebutuhan yang mana semakin lama menjadi semakin kompleks.
Kebutuhan-kebutuhan yang dialami oleh manusia yang semakin kompleks tersebut
akan diiring dengan timbulnya permasalahan-permasalan yang semakin rumit.
Sehubungan
dengan permasalahan-permasalahan tersebut, suatu masalah yang tidak dapat
dihindari oleh anak-anak yang sedang duduk di bangku SMP pada umumnya dan
khususnya anak yang sedang duduk di bangku kelas 9 adalah masalah tentang masa
depan. Masalah tentang masa depan yang paling banyak dirasakan pada anak
tersebut biasanya selalu berkisar pada 2 (dua) permasalahan, yaitu permasalahan
tentang pendidikan lanjutan yang sesuai dan juga tentang jenis pekerjaan atau
karir di masa depan yang cocok untuk dirinya.
Pada anak yang duduk dibangku SMP pada umumnya dan anak yang duduk di bangku
kelas 9 khususnya sudah mulai tumbuh dan berkembang kesadaran tentang
pentingnya pendidikan sehubungan dengan masa depannya. Dengan kata lain mereka
mulai menyadari betapa erat hubungan antara masa depan (pekerjaan) dengan
tingkat keberhasilan mereka saat dibangku sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas ada beberapa langkah-langkah
cerdas dalam menghadapi hal tersebut antara lain sebagai berikut :
1.
Persiapkan diri semaksimal mungkin untuk
berhasil dalam belajar saat ini, karena tingkat keberhasilan meraih nilai
sangatlah memberikan banyak peluang untuk meraih harapan-harapan (cita-cita)
lebih lanjut.
2.
Dalam meraih cita-cita haruslah memiliki
semangat pantang menyerah, selalu berfikir yang positif tentang masa depan.
3.
Arif dan bijaksana dalam menerima
kondisi dirinya apa adanya tanpa menyalahkan fihak lain (misalnya kondisi orang
tua, fasilitas yang kurang mendukung dll) yang pada gilirannya justru akan
menjadi faktor penghambat dapam meraih cita-cita. Kondisi tersebut justru
seharusnya sebagai peletup motivasi yang kuat dalam meraih cita-cita.
4.
Berfikirlah secara logis dalam meraih
cita-cita, yang mana kita harus menyadari tentang bakat, minat dan kemampuan
yang kita miliki. Minat yang kuat tanpa disertai kemampuan untuk meraih suatu
cita-cita adalah hal yang sangat sulit. Kemampuan internal (intelektual /
kecerdasan) yang tinggi tanpa didukung kemampuan eksternal (finansial dari
orang tua) tidak menutup kemungkinan juga banyak kendala dalam meraih
cita-cita.
Dengan landasan berfikir yang logis, akan membuka
cakrawala atau wawasan tentang pendidikan lanjutan yang sesuai dengan
cita-citanya.
Komentar
Posting Komentar